Skip to main content

Camino Island karya John Grisham - Ulasan Buku




Judul            : Camino Island

Penulis         : John Grisham

Alih bahasa  : Lily Mayanti

Penerbit        :Gramedia Pustaka Utama

Halaman       :339 halaman


Sekelompok pencuri berhasil menggondol 5 naskah asli karya F.Scott Fitzgerald bernilai asuransi 25juta dolar yang dijaga ketat di Perpustakaan Firestone, Universitas Princeton. Pencurian yang matang dan nyaris sempurna. Bagaimanapun tetap meninggalkan setitik jejak.

Bab selanjutnya memperkenalkan Mercer Mann, seorang penulis yang terjebak writers block dengan hutang besar membebaninya. Mercer direkrut sebagai agen mata-mata untuk mendekati Bruce Cable, pemilik toko buku sangat bagus di Pulau Camino Florida. Bruce dicurigai menjadi tangan kesekian yang memegang naskah curian itu.

Ada cukup banyak nama di novel ini. Aku masih bisa mengikuti alurnya meskipun tidak mengingat semuanya.

Mercer masuk ke komunitas penulis, untuk pertama kalinya berkenalan dengan lebih banyak penulis, mengetahui rahasia mereka, dan menemukan toko buku yang sempurna. Sambil menjalankan tugasnya, Mercer mendapatkan kembali gairah dunia penulis di pulau ini.


Yang Menarik Dari Novel Ini

Ini adalah novel yang membahas kehidupan para penulis, masa kelamnya, kemampuan menulisnya, kecanduan pada gaya hidup tidak sehat, kehidupan menyimpang, karya-karya yang laku dan tidak. Banyak penulis mati dan karyanya baru terkenal setelah mereka tiada tanpa pernah sekalipun diketahui pemiliknya. Lebih banyak lagi karya hebat yang tidak pernah dipublikasikan pada dunia.

Ada pula penulis yang melahirkan begitu banyak karya laris di pasar dengan tema memalukan namun tidak mau mengakuinya sehingga harus mengganti-ganti nama penanya. Ada penulis yang menghasilkan karya berbarengan. Ada juga orang yang membaca begitu banyak buku tapi tidak sanggup menulis dan akhirnya sangat menghormati para penulis.

Diceritakan juga hubungan antar penulis yang kesulitan mempromosikan buku pertamanya, bagaimana setiap penulis harus membeli buku penulis lain sebagai bentuk dukungan, kedengkian yang dirasakan setiap penulis pada penulis yang lebih terkenal, rasa frustasi penulis terhadap kritik, dan lain-lain. 

Selain tentang dunia para penulis, buku ini juga menyampaikan proses pencurian dengan jelas dan menarik. Bagian pencurian dari sejak awal, pembahasan tentang para pelakunya, dan usaha untuk merebut kembali naskah yang hilang mampu menahanku untuk terus membaca lagi dan lagi.

Di akhir buku, penulis memuat satu paragraf yang menyampaikan sengaja tidak menulis terlalu detil tentang perpustakaan dan koleksi langkanya untuk menghindari pihak-pihak yang mungkin akan terinspirasi melakukan kejahatan seperti di dalam novelnya.

Beberapa review mengatakan ending terlalu cepat dan dipaksakan. Yang lain mengeluhkan novelnya terlalu mellow, perempuan, kurang lawyer related dan kehilangan khas John Grisham. Aku bersyukur memulai novel ini tanpa ekspektasi apapun, sehingga seberapa jelekpun review-nya aku ya harus bilang tetap bisa menikmati buku ini, dan kurasa itu sudah cukup.  Menurutku pribadi ending cukup rapi, tidak bertele-tele, dan meskipun tidak sampai bikin perasaan berkecamuk yang gimana banget, aku cukup puas dengan alur dari awal sampai akhir. Karena buku ini, satu saat aku ingin baca lagi karyanya yang lain.

Yang Kurang Dari Novel Ini

Di beberapa novel yang meninggalkan kesan mendalam, setelah menutup halaman terakhir aku segera bergegas menuju cover hanya untuk memandanginya lama-lama sambil menyesap sisa-sisa cerita yang sudah selesai. Di novel ini aku tidak menemukan makna yang gimana-gimana banget. Lebih disayangkan lagi aku tidak menemukan korelasi yang mengingatkanku tentang cerita saat melihat covernya.  


Dampak Buku Ini Untukku Pribadi

Membaca fiksi selalu menyenangkan karena ketika kamu dapat buku yang bagus, kamu akan diperlihatkan sisi baik dan buruk seseorang. Kelebihan dan kekurangannya, kelicikan sekaligus kemurah hatiannya, kejahatan sekaligus kesedihan masa lalunya. Membaca fiksi akan menunjukkanmu berlapisnya pertimbangan sebelum mengantarkan seseorang mengambil sebuah keputusan.

Aku jarang sekali baca fiksi dalam empat tahun ini. Sejak jadi ibu aku menyadari betapa pentingnya memiliki stabilitas emosi, pentingnya untuk tidak kelewat senang atau kelewat sedih atau kelewat cemas, atau kelewat curiga pada hidup. Dan kau tahu, cukup sulit menemukan karya sastra yang tidak mengaduk-aduk emosimu. Itulah yang membuatku masih sangat membatasi membaca fiksi dalam beberapa tahun ini. Berhasil membaca yang ini sampai selesai tanpa perasaan berkecamuk berlebihan sejujurnya melegakanku. 

Jadi meskipun sebenarnya reviewnya secara general kurang memuaskan pembaca John Grisham, aku malah bersyukur dipertemukan dengan buku ini karena sesuai dengan kebutuhanku. Setidaknya mengatasi dahagaku untuk membaca fiksi berkualitas baik tanpa naik turun emosi berlebihan. 

Ah iya, buku ini kupinjam dari aplikasi ipusnas. Suatu hari aku ingin baca fiksi tapi yang ngga bikin aku menyesal sudah meluangkan waktu untuknya, maka aku mengetik nama John Grisham. Dari sekian judul hanya Pulau Camino yang masih dipinjam. Tidak pikir panjang untuk segera meminjamnya dan sungguh jadi kebetulan yang manis, terutama ternyata buku ini sangat padat membahas tentang kehidupan penulis dan dunia buku langka. Yang baru aku tahu, meminjam buku di ipusnas ternyata akan otomatis dikembalikan dalam waktu 3 hari, saat itu waktu aku masih melakukan pendakian. Saat menyadarinya dan hendak meminjam lagi ternyata stoknya masih kosong. Aku harus menunggu sekitar 3 hari untuk bisa meminjamnya lagi. Well, yang ini bukan kekurangan novelnya ya, mungkin hanya aku yang kurang cepat membaca



Comments

Popular posts from this blog

The Danish Way Of Parenting Karya Jessica dan Iben - Ulasan Buku

  Judul                    : The Danish Way Of Parenting Penulis                 : Jessica dan Iben Penerbit               : B First  Jumlah Halaman : 184 halaman   Denmark adalah salah satu negara termakmur di dunia dengan tingkat kriminalitas rendah, tingkat korupsi nyaris nol, dan masuk sebagai salah satu dari 10 negara ternyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia. Orang-orang Denmark masuk dalam daftar warga paling bahagia di dunia. Buku ini ditulis dari satu pertanyaan: apa yang menjadikan anak-anak dan orangtua di Denmark, orang paling bahagia di Bumi>. Bagi penulis jawabannya karena sebuah proses kultur yang sangat panjang. Semua bermuara dari satu hal : gaya pengasuhan orang tua kepada anak. Penulis mengumpamakan proses mengasuh anak seperti memakai sebuah kacamata. Misalnya kacamata yang selama ini –tanpa sadar-   kita pakai berwarna kuning, kita menganggap bahwa kuning itu adalah warna kebenaran untuk kita praktikkan. Padahal kita tahu, nyatanya ada kelompok orang

Childfree and Happy, Keputusan Sadar Hidup Bebas Anak oleh Victoria Tunggono - Ulasan Buku

  Judul : Childfree and Happy, Keputusan Sadar Hidup Bebas Anak   Penulis : Victoria Tunggono Penerbit : EA Books Bahasa : Indonesia Jumlah Halaman : 150 halaman   “kebanyakan orang ingin punya anak. Tapi saya tahu anak bukanlah apa yang saya inginkan dalam hidup, apalagi dalam pernikahan.” Hidup adalah rangkaian keputusan atas pilihan-pilihan. Dari hal paling sederhana memilih pakai baju apa, masak atau beli, jemuran disetrika atau dilipat saja. Sampai pilihan sekolah, karir, sewa rumah atau beli, perkara memilih partner hidup, kb atau tidak. Perihal anak, beberapa tahun sebelum ini aku lebih familiar dengan topik pilihan jumlah anak dalam keluarga. Pendapat umum mengatakan satu terlalu sedikit, dua cukup, tiga sudah terhitung banyak meski tak sedikit yang akhirnya beranak empat bahkan lima. Kini aku tahu, ada golongan orang yang memiliki pilihan berbeda yaitu tidak punya anak samasekali. Golongan itu bernama childfree. Definisi Childfree atau bebas anak adalah pilihan

Rantai Tak Putus Karya Dee Lestari : Ulasan Buku

  Judul                     : Rantai Tak Putus, Ilmu Mumpuni Merawat UMKM Indonesia Penulis                 : Dee Lestari Bahasa                  : Bahasa Indonesia Penerbit               : Bentang Pustaka 209 halaman   Barangkali inilah buku Dee Lestari yang tidak segera aku baca meskipun sudah memilikinya sejak masa PO di sekitar awal 2021. Kini Januari 2022, barulah ada kesiapan untuk merobek segel plastik buku ini, membuka lembarannya yang didominasi warna krem dan biru. Kata pertama yang aku baca di bab pertamanya adalah Tol Romokalisari. Deg , jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Tol Romokalisari bukanlah nama yang asing.                Satu tahun lalu ke tika suami dimutasi kerja dan kami semua diboyong pindah, pintu tol inilah yang kami lewati sebelum memasuki kota yang kini menjadi tempat kami bermukim, Gresik. Sebagai salah satu pintu tol terdekat dengan tempat tinggal di sini, tidak terhitung berapa kali melewatinya setiap akan bepergian ke Surabaya,